Ulasan Avatar

Cerita berlatarkan Pandora, sebuah planet subur yang merupakan rumah bagi spesies humanoid asli setinggi sepuluh kaki, makhluk biru yang disebut Na’Vi. Hubungan antara pemuja alam, suku Na’Vi dan industrialis, manusia ekspansionis penuh. Sejumlah ilmuwan, yang dipimpin oleh ahli botani Dr. Grace Augustine (Signourney Weaver), mencoba untuk meneliti dan berkomunikasi dengan suku-suku tersebut, menggunakan Avatar, perkiraan struktur biologis Na’Vi, yang memungkinkan ‘pilot’ manusia untuk menghirup Pandoran yang berbahaya. suasana.

Ke dalam wadah peleburan ini hadir mantan angkatan laut Jake Sully (Sam Worthington) yang terikat kursi roda. Seolah-olah, dia ditugaskan ke tim Augustine, tetapi sektor lain dari kekuatan kolonial manusia sangat menginginkan bagian darinya. Kolonel Marinir Terse Quaritch (Stephen Lang) dan administrator proyek, dan Yuppie-of-the-Future, Parker Selfridge (Giovanni Ribisi) keduanya ingin dia bertindak sebagai tahi lalat, menyampaikan informasi penting tentang masyarakat Na’Vi untuk keuntungan taktis.

Jadi, sekali lagi kita menemukan diri kita berada di persimpangan antara sains, bisnis, militer dan kemanusiaan. Sully, seorang prajurit di hati, tidak berpikir dua kali sebelum menerima misi Quaritch. Tapi tak lama kemudian, dia terkoyak, saat dia menemukan dirinya terbebas dari kelemahannya dalam bentuk Avatar – ditunjukkan dalam urutan yang terengah-engah saat Av-Sully berlari melalui lapangan Pandoran, menekuk jari kakinya di tanah.

Ini adalah bukti dari kasih karunia AvatarEfek dari momen kecil seperti itu berhasil. Cameron, dibantu oleh tim VFX dari WETA dan ILM (dan beberapa ratus juta dolar), telah menciptakan dunia film yang mulus dan imersif. Meskipun mungkin bukan perubahan paradigma, ini adalah puncak dan penyempurnaan yang mengejutkan dari inovasi VFX yang telah dimainkan selama dekade terakhir oleh sutradara seperti Peter Jackson dan Robert Zemeckis.

Avatar memiliki keunggulan di atas suka Lord of the Rings, King Kong dan Beowulf, bukan hanya karena anggarannya yang terlalu membengkak, tetapi karena banyaknya karya desain yang terinspirasi yang telah menyempurnakan flora, fauna, dan geologi Pandora. Saat Sully menjelajahi kedalaman hutan, setiap bingkai meledak dengan energi kreatif yang dibuat lebih hidup oleh tekstur dan kedalaman yang disajikan oleh visual 3D. Hewan, tumbuhan, dan lokasi individu terbukti langsung mencolok, namun mudah diingat – mulai dari kadal terbang yang hidup dan halus hingga pegunungan terapung dan kulit pohon yang, di malam hari, menyala saat disentuh. Ini adalah dunia bagi penonton – seperti Sully – untuk tersesat, pengalaman sinematik yang tidak dapat ditandingi oleh sistem hiburan rumah.